Dua
tokoh pendidikan matematika dari Belanda , yaitu Pierre van Hiele dan
isterinya, Dian van Hiele-Geldof, pada tahun-tahun 1957 sampai 1959 mengajukan
suatu teori mengenai proses perkembangan yang dilalui para siswa dalam
mempelajari geometri. Dalam teori yang mereka kemukakan, mereka berpendapat
bahwa dalam mempelajari geometri para siswa mengalami perkembangan kemampuan
berpikir dengan melalui tingkat-tingkat berikut:
Sekalipun selama ini metode
ceramah dan metode-metode ekspositoris yang lain banyak digugat karena dianggap
kurang mendorong proses berpikir dan proses belajar aktif pada siswa, tidak
berarti bahwa metode-metode tersebut dapat ditingkatkan begitu saja. David P.
Ausubel adalah salah satu pakar dalam bidang pendidikan dan psikologi yang
berpendapat bahwa
Teori Vigotsky
menekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky, mengkritik
pendapat Piaget yang menyatakan bahwa faktor utama yang mendorong perkembangan
kognitif seseorang adalah motivasi atau daya dari si individu sendiri untuk mau
belajar dan berinteraksi dengan lingkungan.
Menurut
Piaget, manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik,
perkembangan kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh
anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Ada
tiga aspek perkembangan intelektual yaitu struktur, isi, dan fungsi.